Artificial Intelligence Kini Juga Bisa Mendeteksi Emosi Manusia

AI (Artifical Intelligence), Kecerdasan buatan yang kini sudah bisa mendeteksi emosi manusia
AI (Artificial Intelligence) Kini Juga Bisa Mendeteksi Emosi Manusia

Teknologi AI

AI (Artificial Intelligence) atau biasa yang dikenal sebagai kecerdasan buatan semakin berkembang kemampuannya. Saat ini Tak hanya bisa mengoptimasi mesin dan software, namun AI juga bisa mendeteksi emosi manusia.

Di masa depan, teknologi ini akan sangat berguna bagi mesin robot untuk mengetahui kepuasan pelanggan melalui pendeteksian emosi. Misal, apabila muncul sebuah pesan pop-up/feed-back ''Apakah kamu senang terhadap aplikasi ini?'', biasanya komputer tidak terlalu peduli dengan perasaan kita.

Mesin hanya memproses data yang masuk melalui pilihan ''ya'' atau ''tidak'' tanpa mengerti perasaan pengguna sebenarnya. Di masa depan, hal ini tidak akan terjadi karena AI bisa mendeteksi apakah kita kecewa dengan aplikasi atau kita menyukai.

face recognition

Saat ini, sebuah startup yang bernama Affectiva sedang berusaha keras mewujudkannya, mereka memproleh dana dari investor sebesar 34,3 juta dolar AS atau Rp 480 miliar untuk mengembangkan lebih dalam teknologi tersebut.

Teknologi Itu sama halnya seperti menggabungkan antara ilmu psikologi dengan ilmu komputer. Perusahaan sudah berhasil mendeteksi beberapa tekstur wajah yang ditangkat oleh mesin yaitu marah, sedih, kecewa, tersipu, dan beberapa kondisi emosi lainnya. Mereka akan terus berusaha mengembangkan teknologi pendeteksian wajah menggunakan kecerdasan buatan sehingga bisa mendeteksi emosi manusia lebih dalam lagi.

emotion ai hub

Perusahaan pesaing, Neurodata Lab juga mengembangkan teknologi yang sama dengan memanfaatkan gestur mikro pada wajah. Mereka mengembangkan sistem pendeteksi emosi berdasarkan dari Facial Action Coding System (FACS).

Sistem tersebut sudah lama diciptakan oleh Paul Ekman dan Wallace Friesen pada tahun 1970-an dan 1980-an. Secara harfiah, sistem itu akan menuliskan kode di mana setiap gerakan kecil wajah dapat digambarkan melalui apa yang disebut ''Unit Aksi''.

Misalnya, kesedihan dapat dilaporkan sebagai 1 + 4 + 15 (pengangkat alis bagian dalam, alis lebih rendah, penekanan sudut bibir). Sementara kebahagiaan digambarkan sebagai 6 + 12 (pengangkatan pipi + penarikan sudut bibir). Para peneliti dan developer di Neurodata Lab menerjemahkan tersebut ke dalam sistem AI terbaru mereka sehingga dapat mendeteksi emosi pengguna.

George Pliev, CEO dari Neurodata Lab mengatakan bahwa jaringan saraf tiruan bisa berkembang pesat di masa depan.
''Dari sudut pandang teknologi, sistem pengenalan emosi yang akurat dimungkinkan dari pengembangan aktif jaringan saraf tiruan melalui program AI," Ujar George Pliev yang dikutip dari Digital Trends.

Teknologi ini kabarnya diminati oleh sebuah produsen mobil ternama yang dirahasiakan namanya dan nantinya, ketika AI mendeteksi bahwa pipi pengguna merah, ia akan menghidupkan AC secara otomatis. Sementara ketika raut pengguna kelelahan dan pengemudi terlihat tidak sehat, AI akan menyarankan pengguna untuk menepi dan beristirahat. Teknologi AI atau kecerdasan buatan yang bisa mendeteksi emosi pengguna diprediksi akan berkembang pesat dalam 10 tahun ke depan.

Referensi : Neurodata Lab
Freelancer

Posting Komentar

© Izenet. All rights reserved. Premium By Izenet