Pedoman Penggunaan Tanda Baca Sesuai Dengan PUEBI

Pedoman penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan PUEBI

Pedoman Penggunaan Tanda Baca Sesuai Dengan PUEBI

Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:

  • Nomor: 7/PK/II/2013
  • Jalan Kramat III/10
  • tahun ajaran 2012/2013

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.

Misalnya:

  • mahasiswa/mahasiswi = 'mahasiswa dan mahasiswi'
  • dikirimkan lewat darat/laut = 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
  • buku dan/atau majalah = 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
  • harganya Rp1.500,00/lembar = 'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'

3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. 

Misalnya:

  • Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
  • Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
  • Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.

Misalnya:

• Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru.
• Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put laut.
• Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
• Parut jenis ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.

2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.

Misalnya:

  • anak-anak
  • berulang-ulang
  • kemerah-merahan
  • mengorek-ngorek

3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

Misalnya:

  • 11-11-2013
  • p-a-n-i-t-i-a

4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.

Misalnya:

  • ber-evolusi
  • meng-ukur
  • dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
  • 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
  • mesin hitung-tangan

Bandingkan dengan

  • be-revolusi
  • me-ngukur
  • dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
  • 20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
  • mesin-hitung tangan

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai

a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

Misalnya:

  • BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
  • LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
  • P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

Misalnya:

  • di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')
  • ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu')
  • di-back up
  • me-recall
  • pen-tackle-an

7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

Misalnya:

  • Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
  • Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.

Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Misalnya:

  • Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
  • Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
  • Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).

Misalnya:

  • Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
  • Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
  • Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

  • Kalau diundang, saya akan datang.
  • Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
  • Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.

Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.

Misalnya:

  • Saya akan datang kalau diundang.
  • Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
  • Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.

Misalnya:

  • Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
  • Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
  • Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.

Misalnya:

  • Wah, bukan main!
  • Hati-hati, ya, jalannya licin!
  • Nak, kapan selesai kuliahmu?
  • Siapa namamu, Dik?

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

  • Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
  • "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia adalah makhluk sosial."

Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.

Misalnya:

  • "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
  • "Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
  • "Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.

7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

  • Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
  • Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
  • Surabaya, 10 Mei 1960
  • Tokyo, Jepang

8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya:

  • Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
  • Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
  • Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.

Misalnya:

  • Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
  • Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
  • W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

  • B. Ratulangi, S.E.
  • Ny. Khadijah, M.A.
  • Bambang Irawan, M.Hum.
  • Siti Aminah, S.H., M.H.

Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).

11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya:

  • 12,5 m
  • 27,3 kg
  • Rp500,50
  • Rp750,00

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.

Misalnya:

  • Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
  • Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
  • Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
  • Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.

Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!

  • Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.

13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.

Misalnya:

  • Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
  • Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

  • Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
  • Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

Tanda Kurung ((…))

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:

  • Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
  • Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
  • Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

Misalnya:

  • Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
  • Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.

3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.

Misalnya:

  • Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
  • Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian.

Misalnya:

• Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
• Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.

Tanda Kurung Siku ( … )

1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Misalnya:

  • Sang Sapurba men d engar bunyi gemerisik.
  • Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
  • Ulang tahun  Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.

2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.

Misalnya:

  • Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II lihat halaman 35-38) perlu dibentangkan di sini.

Tanda Petik ("…")

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

  • "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
  • "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
  • Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan."

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:

  • Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
  • Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
  • Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
  • Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
  • Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
  • Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya:

  • "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
  • Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

Tanda Petik Tunggal ('…')

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.

Misalnya:

  • Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
  • "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika,"ujar Pak Hamdan.
  • "Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya' berkumandang di arena olimpiade itu," kata Ketua KONI.

2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.

Misalnya:

  • tergugat 'yang digugat'
  • retina 'dinding mata sebelah dalam'
  • noken 'tas khas Papua'
  • tadulako 'panglima'
  • marsiadap ari 'saling bantu'
  • tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
  • policy 'kebijakan'
  • wisdom 'kebijaksanaan'
  • money politics 'politik uang'

Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.

Misalnya:

  • pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
  • 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
  • 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
  • 00.00.30 jam (30 detik)

2. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.

Misalnya:

  • Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
  • Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

Misalnya:

  • Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
  • Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
  • Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.

Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

  • Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
  • Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
  • Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.

Misalnya:

  • Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
  • Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
  • Gambar 3 Alat Ucap Manusia
  • Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat.

Misalnya:

• Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330

• Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur

• Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur

• 21 April 2013

• Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)

Freelancer

Posting Komentar

© Izenet. All rights reserved. Premium By Izenet