
http://cdn2.tstatic.net/belitung/foto/bank/images/hanandjoeddin_20151110_160118.jpg
Agresi 2 - Watulimo Trenggalek
Sisi lain dari perjuangan kemerdekaan Indonesia
Saat agresi yang ke 2 baru memasuki minggu ke 2, pasukan pak Hanandjoedin dipercaya membantu perlawanan pihak Republik didaerah Watulimo Trenggalek. Mata mata memberi kabar bahwa Marinir Belanda sudah memasuki kawasan Kewedanan Kampak.
Pak Hanandjoedin berfikir cepat untuk menahan belanda agar tidak sampai masuk ke kawasan Watulimo yaitu dengan cara meledakan Jembatan. Beliau segera memerintahkan pasukan untuk meledakan jembatan tersebut. Setelah semua bahan peledak telah terpasang dan siap untuk eksekusi..
Picu bom ditekan....Sreet!.....namun tidak terjadi apa apa, sekali lagi diperintahkan oleh pak Hanandjoedin untuk diledakan, tetap tak ada yang meledak. Lantas semua heran dan terdiam, padahal anak anak sudah memeriksa semua bahan peledak yang terpasang dan tak ada masalah, lalu berkali kali dicoba tetap tak meledak. Sampai pada akhirnya pak Hanandjoedin bertanya pada orang kampung disekitar sana kenapa jembatannya bisa begitu/tidak dapat diledakkan. kemudian orang kampung tersebut mengatakan bahwa jembatan itu dijaga oleh jin penunggu yang mungkin saja tak suka ulah pak Hanandjoedin untuk meledakan Jembatan itu.
Pak Hanandjoedin bingung, Marinir Belanda makin mendekat, karena keadaan makin kritis, malam itu juga ia menyiapkan 10 orang anak buahnya untuk mencoba meledakkan Jembatan itu kembali. Dengan penerangan obor mereka kembali mendekat jembatan dekat kawasan hutan yang memang terkenal angker. Tapi kondisi sudah mendesak, Belanda makin dekat, dan tanpa berfikir takut yang aneh-aneh pak Hanandjoedin memimpin sendiri ke sana.
Saat mulai mendekat jembatan, perasan pak Hanandjoedin memang sudah "lain".... Bulu kuduk nya berdiri namun tak ia hirau. Anggota Tim nya pun merasakan hal yang sama, seperti ada yang mengawasi mereka tapi entah siapa, karena hutan itu sangat sepi dan tak ada orang sama sekali selain hanya 11 orang itu yag sedang berjalan mendekati jembatan.
Pelan namun pasti terdengar suara derap langkah seperti pasukan banyak berjalan ke arah mereka, tapi anehnya hanya suara saja, semua terdiam, sama sama ikut mendengar termasuk pak Hanandjoedin.
" Maaf pak sebentar... " Yahya salah satu anak buah pak Hanandjoedin berujar pelan.
" Ada apa Yahya?" tanya sang komandan.
" Sebaiknya kita urungkan saja rencana kita malam ini ndan! " dengan suara bergetar namun jelas.
" Memang kenapa?" mulai marah sang komandan mendengar anak buahnya minta mundur.
" Ndak ndan, sebaiknya besok pagi saja kita teruskan " sahut Yahya walau dengan suara masih bergetar.
Dan tiba-tiba yang lain menyahut..
" Iya ndan besok saja" nyaris serempak.
Tiba-tiba pak Hanandjoedin berdiri lalu.
" Oh...kalo kalian takut sudah kembali saja ke markas! Biar saya sendiri yang ke jembatan!! ".
Berdentum suara Pak Hanandjoedin ditengah hutan sepi itu....marah!!!
" Siap! ndan! Kami ikut komandan! " jawab serempak anak buahnya....
Perjalanan kembali dilanjutkan dengan Komandan jalan paling depan memimpin!....Namun baru beberapa langkah....
Tiba tiba dihadapan pak Hanandjoedin muncul ratusan pasukan dengan seragam ala Mataram kuno dengan senapan panjang terhunus kedepan menghalangi jalan sepi itu....
Beliau terhenyak, kaget dan belum sempat berpikir macam macam, ia menoleh kebelakang mungkin untuk mengecek anak buahnya.
namun...
tak ada satu orang pun dibelakang beliau, semua anak buahnya lari tunggang langgang, mereka ketakutan dan hanya pak Hanandjoedin ditinggal sendiri sekarang ditengah hutan sepi itu. Pak Hanandjoedin sendiri saat ditinggal "lari" anak buahnya hanya bisa bengong dan bingung, pak Hanandjoedin masih kaget dengan larinya anak buahnya karena selama ini anak buahnya sudah mengalami berbagai pertempuran dengan Jepang, Sekutu atau Belanda tapi tak pernah mereka surut langkah... Tak ada istilah takut perang bagi anak anak bekas teknisi pesawat itu....
Namun kali ini mereka semua lari ketakutan karena yang mereka lihat adalah pasukan "hantu" yang jumlah nya ratusan. Tinggal pak Hanandjoedin sendiri sekarang dihadapan sepasukan misterius ini. Rasa takut merayap pak Hanandjoedin, keringat sudah membasahi semua bajunya namun seperti mendapat kekuatan dari Allah. Dengan mengucap Istighfar lalu beliau berbalik badan menghadapi pasukan misterius tersebut dan beliau tiba-tiba menancapkan obor ditengah jalan.
Dia berdiri tegak dengan mengatasi rasa takut dan merinding yang luar biasa, Pak Hanandjoedin sendiri berhadapan dengan ratusan pasukan misterius itu.
lalu....
"Assalamu'alaikum...
Saudara-saudara...
Saya Hanandjoeddin Komandan Pertahanan di Wilayah Watulimo...
Kami bermaksud baik untuk menyelamatkan rakyat dan alam daerah ini dari serangan penjajah Belanda..
Untuk itulah bantulah perjuangan kami menegakkan kemerdekaan Indonesia...
Saya yakin saudara- saudara berada dipihak kami, karena perjuangan kemerdekaan Indonesia sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang, sejak zaman Yang Mulia Sultan Agung Raja Mataram....
kami hanya melanjutkan cita cita mulia Beliau.
Saya meminta saudara saudara memaklumi upaya kami memutus jembatan penghubung desa ini demi keselamatan warga desa Watulimo...
terimakasih atas pengertian dan bantuan saudara saudara.....
Assalamualaikum!"
Layaknya komadan yang tengah pidato pada anak buahnya pak Hanandjoedin memberi taklimat pada ratusan pasukan misterius itu. Tak lama pasukan itu tiba-tiba menghilang. Segera pak Hanandjoedin kembali ke Markas dan ditemuinya anak buahnya nya yang masih pucat ketakutan. Beliau tak memarahi mereka karena paham apa yang mereka rasakan.
Saat anak buahnya meminta maaf karena meninggalkan beliau ditengah hutan, Pak Hanandjoedin hanya mengangguk dan tersenyum.
"Terus terang Ndan jika lawan Belanda kita sanggup bertempur sampai mati! Tapi berhadapan dengan pasukan tadi rasanya sulit ditaklukkan " ujar Yahya anak buahnya.
"Iya ndan mereka jumlahnya satu Batalion senjata lengkap " sahut yang lain.
"Ah..kamu ada ada saja...sudah subuh nanti kita kembali kesana " perintah pak Hanandjoedin.
Subuh mereka kembali ke sana dan meledakan Jembatan itu hanya dengan sekali klik.....
Kraaaak!!!! Jembatan buatan jaman kolonial itu patah dan pak Hanandjoedin minimal bisa menahan laju pasukan Marinir Belanda....
Sumber buku : Sang Elang H.AS Hanandjoedin